Oleh : Lovina
Pita putih diikat membentangi pintu sebuah rumah berdinding kayu bercat biru. Ini Sekretariat DPKc-SRMI Lima puluh. Beberapa papan nama ucapan selamat terpampang di sekitar sekretariat. Tulisannya: “Selamat atas peresmian posko kesehatan dan pendidikan gratis”. Acara ini diselenggarakan oleh Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) dan Akademi Rakyat (Akar).
Ada tenda berdiri di samping rumah. Puluhan anak peserta orang tua mereka berkumpul di sana. Para pejabat—Ketua RT 03, Ketua RW 07, Lurah, Camat, Danramil, dan para tokoh masyarakat duduk di sofa barisan terdepan. Pukul 14.20, acara dibuka. Ini acara peresmian sekolah gratis untuk anak-anak di Kecamatan Lima Puluh.
Ketua SRMI Kecamatan Lima Puluh, Ketua DPW SRMI Riau, perwakilan Akar, pemuka RW 07, satu per satu memberi sambutan. Mereka semua senang dengan hadirnya sekolah gratis ini. “Kita akan mengedepankan pendidikan berbasis kerakyatan. Sesuai kondisi masyarakat saat ini,” ujar Ratno Budi saat memberi sambutan. Ia perwakilan Akar. “Contoh yang akan kita ajarkan; ayah pergi mencari barang bekas dan ibu pergi mencuci pakaian di rumah tetangga,” lanjutnya. Bukan ayah pergi ke kantor dan ibu pergi ke pasar—seperti diajarkan sekolah formal umumnya.
Terakhir sambutan dari Azly, Camat Lima Puluh. Ia sekaligus meresmikan sekolah gratis ini dengan menggunting pita. Semua hadirin bertepuk tangan. Lalu ia bersama para pejabat lain meninjau lokasi posko.
Usai pembukaan, acara dilanjutkan dengan orientasi atau perkenalan anak-anak didik dengan para tenaga pengajar. Husin, salah seorang staf pengajar, memanggil nama anak didik satu per satu. Ada 59 nama yang dibacakan. Anak yang sudah terpanggil namanya masuk ke dalam rumah. Dari 59 nama, ada 38 anak yang hadir.
Anak-anak duduk di lantai. Para pengajar berdiri memperkenalkan diri. Ada 10 staf pengajar. Mereka mahasiswa Universitas Islam Riau dan Universitas Riau. Mulai minggu depan, anak-anak akan belajar rutin, setiap Sabtu dan Minggu. Sabtu belajar kejuruan; seni musik, seni lukis, seni tari, dan teater. Sedangkan Minggu belajar Bahasa Inggris. Sebagian besar murid berminat pelajaran Bahasa Inggris.
Ipad, salah satu orang tua murid, turut mendaftarkan anaknya di sekolah gratis. “Anak saya dua, kelas 5 SD,” terangnya. Ia ingin anaknya pintar Bahasa Inggris. “Bagus, gratis pula. Tambah-tambah ilmu anak saya,” katanya.
Ita, orang tua murid lainnya menyatakan hal yang sama. “Walaupun sejak SD sudah belajar bahasa Inggris, tapi perlu diperdalam lagi. Kalau mahasiswa kan biasanya pintar,” katanya. Ia menyekolahkan anaknya, Yolanda Fitriani, di sekolah gratis ini. Anaknya kini kelas 1 SMP. Rata-rata mereka dapat informasi sekolah gratis dari ketua RW.
0 komentar:
Posting Komentar
Segala kritikan, cacian , makian dsb selalu diterim kirim juga pesan tau call : 0812 6034 7147 / 0819 3426 3185