Oleh : Ulfa Ilyas
Sejumlah organisasi mahasiswa dan pemuda, yang tergabung dalam Gerakan Pemuda untuk Revolusi Indonesia (GPRI), menyerukan agar rejim SBY-Budiono segera mengundurkan diri sebelum digulingkan paksa oleh gerakan rakyat.
Seruan itu disampaikan oleh GPRI saat menggelar aksi massa di depan Istana Negara, siang tadi (28/1). Aksi dimulai depan stasiun Gambir, lalu bergerak dengan “long-march” menuju Istana Negara.
Seorang demonstran mengenakan topeng bergambar “SBY dengan hidung pinikio” berdiri di barisan terdepan. Disamping itu, ada pula patung SBY mengenakan kopiah dengan di beri warnah merah pada bagian pipi kanan dan kiri.
“Ini adalah perlambang dari rejim kebohongan, yaitu pemerintahan yang suka membohongi rakyat dengan janji muluk-muluk dan manipulasi statistik, “ ujar demonstran bertopeng Pinokio.
Ketika massa GPRI sampai di jalan Merdeka Utara, sekitar 200 meter dari Istana Negara, massa berhenti dan menggelar orasi-orasi politik secara bergantian. Lamen Hendra Saputra, ketua Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi, memandu setiap pimpinan organisasi untuk menyampaikan orasi-orasi.
Saat berada tepat di depan Istana Negara, ratusan demonstran ini melemparkan koin secara serempak ke arah istana, sebagai sindiran atas “curhat Presiden yang meminta kenaikan gaji”.
“Saudara-saudara, mari kita lemparkan koin ini ke dalam istana negara. Supaya Presiden SBY, yang tidak tahu malu, mengerti akan penderitaan rakyat,” ujar korlap di atas mobil pembawa sound-system.
Tuntutan Tritura
GPRI, yang beranggotakan sedikitnya 35 organisasi pergerakan mahasiswa dan rakyat, mengajukan tuntutan yang disebut “Tritura”, atau Tiga Tuntutan Rakyat, yaitu turunkan harga, tangkap koruptor dan pengemplang pajak, dan turunkan rejim SBY-Budiono.
Ketiga tuntutan itu, menurut seorang orator dari mahasiswa, merupakan jawaban mendesak atas persoalan rakyat sekarang ini, tetapi jika tidak segera diwujudkan, maka bangsa Indonesia akan semakin terpuruk.
GPRI memandang bahwa rejim SBY-Budiono, parlemen, dan seluruh penegak hukum sudah melakukan penghianatan kepada rakyat. Akibatnya, pemerintahan dijalankan dengan penuh kebohongan, hukum diputar-balikkan, dan berkhianat kepada Pancasila dan UUD 1945.
Sebagaimana dikatakan oleh humas GPRI, Agus Priyanto, bahwa tidak ada lagi alasan untuk mempertahakan rejim SBY-Budiono, sebuah rejim yang terus-menerus melakukan pembohongan dan manipulasi kepada rakyat, sementara rakyat dibiarkan terus hidup miskin dan melarat.
SBY Bisa Berakhir Seperti Ben Ali Di Tunisia
Menjawab pertanyaan soal masa depan pemerintahan SBY, tokoh pemuda dan pimpinan Petisi 28, Haris Rusli Moti mengatakan, pemerintah SBY akan berhadapan dengan dua keadaan, yaitu meluasnya perlawanan rakyat dan kehilangan legitimasi politik.
“Jika Presiden SBY tidak mengambil langkah-langkah radikal untuk mengatasi persoalan seperti kasus century dan mafia pajak, maka dia akan bernasib seperti Presiden Ben Ali di Tunisia atau Husni Mobarak di Mesir,” kata Haris Rusli Moti.
Sementara jika SBY memilih untuk bertahan, maka dia akan kehilangan “kekuasaan secara real” untuk menjalankan pemerintahan karena kehilangan kepercayaan sangat luas dari masyarakat.
Untuk itu, Haris Rusli Moti memberikan dua pilihan kepada SBY, yaitu mundur secara terhormat atau digulingkan oleh gerakan rakyat seperti kasus Tunisia dan Mesir.
Sejumlah aktivis ditangkap
Meskipun waktu sudah pukul 18.00 WIB, massa GPRI tetap bersemangat dan memilih bertahan di depan Istana Negara. Tidak hanya itu, sebagian demonstran yang beragama Islam menjalankan shalat magrib di depan Istana Negara.
Tidak lama kemudian, pihak kepolisian memberikan ultimatum agar massa segera meninggalkan lokasi aksi. Akan tetapi, tuntutan itu diabaikan oleh demonstran dan seorang orator menegaskan bahwa mereka akan tetap bertahan hingga SBY keluar menemui massa.
Namun, bersamaan dengan dikeluarkannya ultimatum terakhir, hujan deras mengguyur daerah sekitar istana negara. Meski begitu, mahasiswa tetap memilih berdiri di lokasi sambil membentuk rantai manusia.
Akan tetapi, tatkala barusan pasukan PHH bergerak dari arah depan Istana Negara menuju arah kumpulan demonstran, para mahasiswa ini memilih untuk membubarkan diri.
Sayang sekali, barisan belakang massa GPRI sempat bentrok dengan pasukan PHH dan sejumlah aktivis tertangkap. Tidak diketahui secara pasti mengenai jumlah aktivis yang tertangkap. Akan tetapi, dari pihak LMND mengaku, empat orang anggotanya ditangkap oleh pihak kepolisian, yaitu Anton (Unisma Bekasi), Lukman (Unisma Bekasi), Bili (Unisma Bekasi), dan Stefanus (IISIP).
Tidak hanya itu, mobil komando dan sopirnya pun sempat ditahan oleh Polisi, sebelum akhirnya dibebaskan kembali. Lubis, seorang aktivis Rakyat Bergerak, juga sempat ditangkap dan dipukuli Polisi, tetapi kemudian dibebaskan.
0 komentar:
Posting Komentar
Segala kritikan, cacian , makian dsb selalu diterim kirim juga pesan tau call : 0812 6034 7147 / 0819 3426 3185