TRIPANJI PERSATUAN NASIONAL

1. HAPUSKAN HUTANG LUAR NEGERI 2. NASIONALISASI INDUSTRI ASING 3. INDUSTRIALISASI NASIONAL

12 Januari 2011

Marhaenisme Sebagai Marxisme Yang Diterapkan (Bagian Kedua)


Oleh : Ir. Soekarno

Tetapi sekarang saudara-saudara machtsvorming kita harus benar-benar memuncak kepada machtsaanwending. Kita tidak hanya cukup untuk mempunyai tenaga kita. Menggempurkan tenaga kita kepada musuh agar musuh itu tunduk kepada kita. Karena itulah maka saya saudara-saudara dalam pidato saya pada hari ibu menegaskan, sekarang ini saya tidak puas dengan pertanyaan-pertanyaan, dukungan-dukungan komando, tetapi saya sekarang ini minta bukti.

Saya dulu itu sering diplakat, “bung Karno, rakyat gembel minta bukti”. Ada lagi sekarang ini, “bung Karno, rakyat gembel minta bukti harga emas turun”. Ya, minta bukti yang demikian saya terima, tapi sebaliknya bung Karno minta bukti ! He rakyat Indonesia, kataku, yang didalam Partindo, yang didalam PKI, yang didalam PNI, yang didalam NU, yang didalam Sobsi, yang didalam KBKI, yang didalam SBKA, yang didalam organisasi-organisasi tani, yang didalam organisasi mahasiswa, yang didalam golongan kaum terpelajar, yang didalam golongan pegawai, he semua rakyat Indonesia saya sekarang minta bukti atas ucapan dalam engkau mendukung Komando Rakyat.

Ya, tetapi sebetulnya ucapan pak Winoto, ya masih saya minta bukti. Pak Winoto, kalau pak Winoto berkata, he sekarang Partindo ingin berjalan dimuka bung Karno, oke, alright. Saya minta Partindo mendaftarkan nama orang sebanyak-banyaknya untuk menyerbu Irian Barat. Terang-terangan saja. Ini lho ada wakil-wakil daripada diplomatic corps, wakil daripada Negara-negara asing. Terang-terangan saja jikalau saya ditanya, apa artinya Komando 19 desember yang lalu. Komando untuk menggagalkan Negara Papua, komando untuk mobilisasi umum, apa artinya? Artinya tak lain tak bukan ialah kita rebut Irian Barat untuk tidak cukup hanya dengan pernyataan-pernyataan.

Karena itu, saya sudah memerintahkan kepada sekertaris Dewan pertahanan nasional, saudara Achmadi. Tidak tahu, hadir apa tidak dia. Kalau tidak hadir karena sibuk kerja. Dewan Pertahanan Nasional, sebaiknya kita singkat apa? Dewan Pertahanan Nasional ? Kalau disingkat DEPERNAS, kita sudah punya Depernas, Dewan Perancang Nasional. Dewan Pertahanan Nasional kita singkat dengan apa? Bagaimana kalau disingkat dengan Depertan? Depernal itu kok….nah…..Nah, sudah Depertan. Nah, saya sudah perintahkan kepada saudara Achmadi, Sekertaris Dewan Pertahanan Nasional, Sekertaris Depertan untuk dibeberapa tempat diseluruh Indonesia ini mengadakan pos-pos yang bersedia dijadikan tentara menjalankan komando. Menjalankan komando yaitu untuk mengibarkan sang merah putih di Irian Barat. Dan perintah itu bukan mengenai rakyat Indonesia didaerah sini saja, tetapi juga rakyat Indonesia di Irian Barat sendiri. Saudara bacalah naskah komando itu dengan jelas, juga kepada rakyat Indonesia di Irian Barat saya perintahkan komando itu. Dan Alhamdulillah saudara-saudara saya mendapat laporan, bahwa memang sesudah komando diucapkan, hari kemudian di Irian Barat dimana-mana berkibar Sang Merah Putih. Dan benar sebagai dikatakan, ditulis, didalam salah satu surat kabar, kalau tidak salah di Berita Minggu Ini. (salah seorang hadirin menjawab “Berita-Minggu”-redd). Ya, berarti dia baca berita minggu. Dikatakan bendera-bendera itu terbuat dari kertas. Ya dari kertas juga boleh. Tetapi kemudian bendera-bendera ini dirampas oleh pihak imprealis. Tidak jadi apa. Kalau dirampas, besok paginya dinaikkan lagi Sang Merah Putih itu.

Pendek kata perintah saya itu tidak hanya mengenai rakyat Indonesia sebelah sini, tetapi juga rakyat Indonesia di Indonesia di Irian Barat sendiri. Tetapi terutama sekali kepada rakyat Indonesia disebelah sini komando itu harus dijalankan. Maka oleh karena itu, dimana-mana diadakan tempat pendaftaran. Nah, disitu nama-nama akan diterima, kemudian orang-orang mendaftarkan dirinya itu akan diterima, kemudian orang-orang itu akan mendaftarkan dirinya itu akan diseleksi, dipilih, akan di-screen, sesudah diseleksi dan di-screen akan dilatih dibeberapa training center.

Saya, saudara-saudara, tadi telah membentuk lagi satu staf, yang dinamakan Staf Operasi. Staf Operasi atau dalam bahasa Inggrisnya “Operation Staff”. “Operation Staff” dari Panglima Besar. Tadi saya katakan, atau saudara-saudara mengetahui saya ini Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi, tapi bukan saja Panglima Tertinggi, sekarang pun saya dinamakan Panglima Besar memasukkan Irian Barat didalam wilayah kekuasaan Republik. Nah, sebagai Panglima Besar tadi saya membentuk satu “Operation Staff” yang terdiri atas saudara Yani, dari Angkatan Darat, dari Angkatan Udara saudara Wiryosaputro, dari Angkatan Laut saudara Subono, dari Kepolisian Negara saudara Sucipto dari Brimob.

Masih ada wartawan tulis Brigmob. Sudah saya peringatkan BRIMOB. He, wartawan, mbok ya perhatinkah toh, Brimob. Ya wartawan itu ada yang membandel saudara-saudara. Saya sudah berkata, jangan memakai perkataan darmawisata. Parawisata, kataku. Parawisata yaitu tourist, tourisme, pariwisata, tourist.

Saya mengenai Irian Barat ini sudah membentuk satu organisasi “Operation Staff” yang terdiri daripada Yani, Wiryosaputro, Subono, dan Sucipto membantu Panglima Besar. Nah, ini sekarang staff mulai bekerja antara lain merancang segenap usaha yang harus kita jalankan mengenai pelatihan daripada orang-orang yang sudah mendaftarkan diri. Maka oleh karena itu saya sekarang sekali lagi mengundang kepada PNI, he PNI, berapa orangmu yang didaftarkan, jangan cuma….ribuan pak!…Milyunan pak!….bung Karno minta bukti, namanya, adresnya, siapa? Demikian pula kepada PKI saya minta bukti, mana orangnya, mana namanya, mana adresnya. Nah, ini nanti kalau orang-orang itu dipanggil benar-benar untuk dilatih ya harus datang. Latihannya berat saudara-saudara, bukan latihan enteng. Bukan piknik didalam latihan itu, tetapi latihan berat benar. Demikian pula Sobsi. Demikian pulu NU. Demikian pula organisasi-organisasi lain, semua saya persilahkan memasukkan nama-nama didalam daftar-daftar ini, kemudian diseleksi, kemudian di-screen, kemudian dilatih, digembleng agar supaya bisa menjalankan Komando Presiden 19 desember yang lalu.

Dan didalam tempat-tempat latihan ini saudara-saudara tidak akan diadakan phobi-phobian, sama sekali tidak ada. Jangan nanti didalam tempat latihan pun lantas phobi-phobian. He aku orang Partindo lho, he engkau orang PKI, he engkau orang PNI, saya tidak mau. Dikatakan oleh Danuwinoto itu tadi akan mencari persatuan tenaga dengan semua golongan, demikianlah hendaknya.

Maka saudara-saudara jikalau didalam kalangan saudara-saudara belum yakin benar bahwa phobi adalah satu penyakit yang berbahaya bagi perjuangan kita, saya ingin mengulangi kepada saudara-saudara apa yang pernah saya katakan, baik di kongres Gerwani maupun didalam satu ceramah dihadapan para perwira-perwira di Seskoad-seskoad yaitu Sekolah Staff dan Komando Angkatan Darat. Saya katakan disitu, dan saya ulangi ini terutama sekali kepada kaum Marhaenis. Terutama sekali kepada kaum Marhaenis yang sebagai dikatakan oleh Asmara Hadi adalah kaum Marxis yang menjalankan Marxisme di Indonesia. Saya ulangi hal ini untuk member pengertian yang tegas tentang mutlaknya kita mengadakan persatuan dengan poros-Nasakom.

Sebab sering saya bertanya, he engkau berkata pro persatuan, he setuju persatuan, he pro persatuan, Pak! Apakah setuju dengan poros-Nasakom? Nanti dulu, pak. Padahal sudah sering saya katakan bahwa Nasakom itu adalah penggolongan-penggolongan pokok daripada rakyat Indonesia.

Saya hendak mengulangi apa yang saya katakan didalam kongres Gerwani dan didalam pidato saya dihadapan Seskoad:bahwa gerakan yang terkenal sebagai gerakan nasional di Asia dan Afrika ini—dus PNI masuk didalamnya, dus Partindo masuk didalamnya, dus NU masuk didalamnya, dus gerakan Katolik masuk didalamnya, dus gerakan Kristen masuk didalamnya, dus segala gerakan yang ada di Asia dan Afrika masuk didalamnya—bahwa gerakan-gerakan yang dinamakan gerakan sosialis di Eropa dan Amerika. Satu ibu, satu induk dari satu peterangan saudara-saudara.

Ya, itu sudah saya jelaskan, mula-mulanya saya katakan, kapitalisme di Eropa mulai tumbuh, mulai membumbung dan sebagai hasil daripada pembumbungan kapitalisme itu di Eropa timbullah satu klasse yang tertindas, klasse proletar, klasse yang menderita hukum verelendum, klasse yang menderita hisapan daripada hukum meerwaarde, klasse yang menderita sengsara, klasse yang tertindas, klasse yang terhina, klasse yang pendek kata tidak pernah melihat sinarnya matahari, oleh karena dihisap tenaganya oleh kapitalisme yang sedang membumbung ini.

Didalam pidato saya dihadapan para mahasiswa di Yogyakarta, saya mengatakan bahwa pada waktu kapitalisme membumbung di Eropa itu, benar-benar banyak sekali kaum proletar yang tidak bisa melihat sinarnya matahari. Oleh karena ia pagi-pagi sebelum matahari terbit haruslah sudah masuk didalam tambang. Dibawah tanah saudara-saudara, mencari arang batu. Nanti jikalau matahari sudah terbenam baru dia naik melihat sinar matahari. Masih gelap ia sudah masuk kedalam tambang. Dan ini bukan kaum proletar yang dewasa saja, tetapi bahkan anak-anak kecil. Bu Bandrio. Coba baca tulisan Keir Hardie adalah seorang pemimpin daripada kaum buruh Inggris, dia menulis satu kitab autobiography, sejarah hidupnya. Nanti jam 8 malam jikalau matahari sudah tenggelam dia keluar lagi. Jam 4 pagi sampai jam 8 malam, berapa jam itu? Berapa jam? 16 jam saudara-saudara, dibawah tanah.

Nah, ada klasse baru, klasse proletar. Tempo hari sudah saya kursuskan bahwa Marhaen adalah lebih luas daripada proletar. Marhaen adalah tiap-tiap orang kecil, tiap-tiap orang gembel di Indonesia. Marhaen adalah ya proletar, ya kaum yang kecil-kecil, yang gembel-gembel di Indonesia, itu semuanya adalah Marhaen.

Klasse baru di Eropa ini klasse yang tertindas. Tidak boleh tidak dia musti mengadakan suatu verzet, musti mengadakan sutu gerakan menentang kepada kapitalisme. Dan ini dinamakan kaum buruh atau gerakan sosialis.
Tapi akibat yang lain daripada kapitalisme saudara-saudara ialah, bahwa kapitalisme di Eropa ini menjadi padat. Oleh karena dia padat dia lantas mencari padang lain untuk dia punya usaha mencari uang. Membawa barang ke Asia dan Afrika. Dan disini menjadi alat penghisapan lagi. Maka juga rakyat Asia dan Afrika menjadi satu rakyat yang menderita.
Saya didalam pidato saya dihadapan para mahasiswa di Yogyakarta menceritakan bahwa tertulis didalam kitab The War Pearl and Gold sekarang saya ingat penulisnya yaitu Henry Brillsport. Brillsport menulis kita The War Pearl and Gold dan disitu dia ceritakan bagaimana menjadi tertindasnya papa sengsaranya rakyat-rakyat Asia dan Afrika itu. Oleh karena kita, Asia dan Afrika, juga menjadi satu bangsa, satu rakyat, satu golongan manusia yang jumlahnya berjuta-juta, yang juga tertindas papa sengsara, terhina, ”de verworpenen der aarde” maka juga di Asia dan Afrika timbul gerakan penentang. Gerakan penentang yang tidak boleh tidak di Asia dan Afrika dan terutama sekali di Indonesia, juga membawa tendensi-tendensi. Oleh karena di Indonesia Marhaen tercipta, oleh karena di indonesialah rakyat Indonesia papa sengsara, oleh karena di indonesialah rakyat tidak mempunyai rumah yang layak, oleh karena di indonesialah gubuk-gubuk doyong, oleh karena di indonesialah anak-anak kecil menangis karena tidak mendapatkan air susu (tetek) cukup dari ibunya, oleh karena di indonesialah rakyat hidup dengan sebenggol seorang sehari. Jadi, gerakan di Indonesia ini tidak bisa lain daripada juga bertendensi sosialisme. Maka oleh karena itu tahun 1927 saya sudah mengatakan, hhh…orang-orang yang mengatakan bahwa ia nasionalis, bahwa dia cinta tanah air. Tetapi dia bukan sosialis, tetapi dia bukan Marhaenis, tetapi dia tidak memikirkan nasibnya kaum gembel papa sengsara, orang yang demikian itu sekadar, kataku tahun 1927, nasionalis-klembek, wah, itu nasionalis. Wah, wong ngokok ya klembak, dikirakan demikian.

Tidak, saudara-saudara. Jikalau benar-benar, benar-benar cinta tanah air dan bangsa di Indonesia, dia tidak boleh tidak harus juga sosialis. Oleh karena keadaan imprealisme di Indonesia menghisap pula rakyat Indonesia ini secara ekonomi. Dan ini bukan mengenai Indonesia saja, juga mengenai bangsa-bangsa Asia yang lain. Mengenai bangsa India, mengenai bangsa Mesir yang keadaannya digambarkan oleh Henry Brillsport didalam ia punya kitab The War of Pearl and Gold. Mengenai bangsa Vietnam, mengenai bangsa Tiongkok, yang sekarang bernama RRC dan lain-lain sebagainya.

Nah saudara-saudara, ini yang dinamakan gerakan nasional, gerakan nasional yang bukan bikinan Sun Yat Sen, yang bukan bikinan Arabi Pasha, yang bukan bikinan Mahatma Gandhi, yang bukan bikinan Jose Rizal Y. Mercado, yang bukan bikinan Cokroaminoto atau Soekarno, yang bukan bikinan seorang pemimpin, tetapi hasil daripada keadaan masyarakat yang tertindas. Politik berubah, satu gerakan untuk merebut kemerdekaan daripada tanah air dan bangsanya, ekonomis, social ekonomis, berupa satu gerakan untuk menghancurleburkan kapitalisme dan membangun satu masyarakat yang adil dan makmur.

Nah, disana menimbulkan –kapitalisme itu tadi saudara-saudara gerakan kaum buruh, gerakan sosialis, disini menimbulkan gerakan nasional. Disana ia mula-mula kapitalisme, ia mengirim imprealisme ke sini, Asia-Afrika. Disana menimbulkan gerakan kaum buruh dengan teori yang abadi daripada gerakan kaum buruh yaitu Marxisme, disini menimbulkan gerakan nasional.
Benarkah tidak kata saya dus gerakan kaum buruh di Eropa dan itu apa? Bahasa indonesianya tempat ayam bertelur itu, tempat untuk mengerem telurnya. Keluar dari satu tarangan saudara-saudara. Anehnya, kalaupun sudah tahu, bahwa ini adalah hasil ini, ini adalah hasil ini, tetapi dua-duanya adalah keluar dari satu terangan, kok masih ada phobia-phobian. Itu yang aneh. Maka oleh karena itu, saya anggap sebagai satu kewajiban utama saya yang utama untuk memberantas phobi-phobian ini. Ketahuilah, baik gerakan kaum buruh di Eropa, maupun gerakan kaum buruh dilain-lain negeri adalah sebenarnya muka lain daripada gerakan kita juga. Oleh karena itu maka saya berkata, “trouw als ik ben aan het Marhaenisme”, setia saya kepada Marhaenisme, maka saya berkata, bahwa revolusi Indonesia ini sebenarnya adalah hanya satu bagian saja daripada revolusi dunia, hanya satu bagian saja daripada revolusi universal, hanya satu bagian saja daripada revolusi “of the consiennce of men”. Social consiennce of men adalah congruent, kataku dengan social conscience of men.

Maka jikalau kita sadar benar, bahwa kita ini adalah bagian daripada revolusi dunia, yang kataku ¾ daripada ummat manusia duduk di dalamnya. Jikalau kita sadar bahwa revolusi kita ini adalah congruent dengan “social conscience of men” kenapa kita phobi-phobian saudara-saudara. Maka saya ulangi lagi, jikalau kita benar-benar ingin memasukkan Irian Barat lekas, lekas, lekas didalam wilayah kekuasaan Republik, hilangkan segala phobi. Gemblenglah persatuan yang total.

*) Pidato Bung Karno di depan peserta Kongres Partindo, di Gedung Olahraga, Jakarta, tanggal 26 Desember 1961.

0 komentar:

Posting Komentar

Segala kritikan, cacian , makian dsb selalu diterim kirim juga pesan tau call : 0812 6034 7147 / 0819 3426 3185

Perfect Day

BTricks


ShoutMix chat widget

Pengunjung

PENGUNJUNG

free counters