Oleh : Muhammad Phatoni
Sejumlah seniman muda mempertunjukkan kebolehannya pada acara peluncuran Antologi Puisi Penyair Muda Riau 2010, yang berlangsung di Gedung Kebudayaan Riau, tadi malam (11/12).
Para penyair muda ini tampak berusaha menampilkan karya dan fisualisasinya sesuai dengan cara pandang seni masing-masing. Ada yang menampilkan karya-karya yang abstrak, tetapi ada pula yang menampilkan realisme sosial.
Husin, penyair muda dari Akademi Rakyat, berusaha menampilkan karya puisi yang berbau realisme sosial. Dalam acara tadi malam, Husain menampilkan salah satu karya puisi berjudul “ketertindasan buruh-tani”, beserta visualisasinya.
Dalam visualisasi karya puisinya, Husin berusaha membantah cerita-cerita mainstream yang menggambarkan kehidupan rakyat Riau seolah-olah normal, tetapi di dalamnya terjadi penindasan rakyat: penggusuran, perampasan tanah milik petani, PHK, dan lain sebagainya.
Setelah selesai mementaskan karyanya, Husin pun bercerita banyak soal seni dan perjuangan rakyat. Dengan mengutip Sudjojono, Husin menceritakan kepada Berdikari Online bahwa seni tidak boleh terpisah dari alam kehidupan masyarakat.
Husin juga mengeritik seniman kebanyakan yang kurang peka terhadap kehidupan sosial masyarakat, dan hanya menjadikan seni sebagai alat penghibur dan memperkaya diri sendiri.
Berikut, salah satu puisi karya Husin berjudul “Teriakan-teriakan Kematian”:
Teriakan-teriakan Kematian
Wahai para tiran..!
Sampai kapan kalian akan terus menyumbat
suara-suara bimbang dengan segumpalan janji-janji basi
dari mulut kalian terasa sangat basi
namun kami hanya diam
dan selalu diam
Suara kami selalu saja dibungkam
lidah kamipun terasa padam
Setiap huruf yang kami kumpul
Setiap kata yang kami susun
Setiap kalimat yang kami gabung
Tetap saja beserakan kemudian terbuang
Sampai kapan kalian akan mengorek makanan yang ada dimulut kami padahal belum sempat melewati tenggorokan, hati, jantung, usus, lambung, sehingga muntah kamipun sanggup kalian jilati
Bahkan tinjapun kalian jilati
Kalian ciptakan mesin-mesin yang sangat berbahaya dari mesin sebelumnya
mesin-mesin itupun ikut memaksa kami tuk selalu bekerja dalam sistema
Menghitung angka-angka, nilai lebih yang membawa keuntangan mengganda
terlipat-lipat
melipat-lipat
berlipat-berlipat
dan sangat padat
kami pun bangsat
disumbat dengan pantat
yang tidak akan pernah merasakan nikmat
hingga jadi mayat
mesin-mesin itupun membunuh hingga pucat..!
Dalam pucat, setiap sudut, setiap lorong, setiap ruang, setiap jengkal, setiap garis tanpa batas, terdengar segerombolan orang sedang berbisik-bisik membicarakan nasibnya, mempersoalkan tanah, mempersoalkan air, mempersoalkan tulang, mempersoalkan darah yang mengering. Bersamaan dengan kepalan waktu, bisikan-bisikan itu semakin keras dengan lantang berteriak, dengan lantang berteriak, dengan lantang berteriak..!
Lorong Sunyi, 04 Desember 2010
0 komentar:
Posting Komentar
Segala kritikan, cacian , makian dsb selalu diterim kirim juga pesan tau call : 0812 6034 7147 / 0819 3426 3185