TRIPANJI PERSATUAN NASIONAL

1. HAPUSKAN HUTANG LUAR NEGERI 2. NASIONALISASI INDUSTRI ASING 3. INDUSTRIALISASI NASIONAL

05 Januari 2010

Gagalkan Seluruh Skema dan Rencana Penindasan Jangka Panjang SBY Dengan Revolusi Demokratis Nasional dan Perang Revolusioner!


Oleh : Rakyat Bergerak


Imperialis Amerika Serikat (AS) sedang sekarat, parasitis dan barbar. Dengan sistem kapitalisme monopolinya yang chauvinis dan fasis, ia menjadi beban besar dan penghalang utama kemajuan peradaban umat manusia di abad-21. Ia hidup sepenuhnya sebagai parasit dengan menciptakan sistem jajahan dan setengah jajahan untuk merampas kekayaan negeri lainnya dan hasil kerja seluruh rakyat tertindas dan terhisap di seluruh dunia. Menghancurkan sistem kapitalisme monopoli dan pembangunan sosialisme-komunisme adalah syarat obyektif bagi keberlanjutan hidup ras manusia di dunia.

Indonesia adalah negeri setengah jajahan, karena itu menjadi salah-satu pusat kontradiksi imperialis di dunia saat ini bersama-sama dengan negeri jajahan dan setengah jajahan lainnya. Kita harus memutus mata rantai penghisapan di negeri ini dengan jalan menghancurkan basis sosialnya, yaitu corak produksi setengah feodal yang terbelakang di pedesaan yang luas dengan jalan revolusi agraria. Pipa impus raksasa yang mengalirkan kekayaan alam dan seluruh hasil kerja rakyat Indonesia ke tubuh imperialis AS dan lainnya yang sedang sekarat harus dipotong. Bila revolusi demokratis nasional dapat kita menangkan, sumber hidup kaum imperialis akan habis, maka klas borjuasi monopoli yang berkuasa di negeri imperialis akan digulung habis oleh klas proletar yang ratusan tahun ditindas dan ditipunya.

Imperialisme dan klas borjuasi monopoli beserta seluruh klas reaksioner pendukungnya, terus memproduksi dan menyebarluaskan kebohongan besar dan takhayul, bahwa bangsa dan rakyat Indonesia tidak akan dapat hidup bila tidak berdagang dengan imperialis, dan bila tanpa utang, hibah dan investasi kaum imperialis. Mereka sengaja menutupi kerakusan dan kepentingan klasnya sendiri yang butuh pertolongan. Imperialis-lah yang membutuhkan kekayaan alam dan kerja rakyat di negeri ini untuk bertahan hidup dari gempuran krisis yang lahir dari produksi, perdagangan, operasi finans, dan perang gila yang mereka kobarkan. Mereka adalah legiun keparat yang bertempur dengan kita, akan tetapi meminta kita membantunya agar dapat terus hidup, agar dapat terus memerangi kita dan memenangkan perang secara keseluruhan.

Seperti kata Obama: “We know that the success of American businesses, small and large, depends on their ability to sell their products across the globe.” (Obama, dalam MYRON BRILLIANT, Senior Vice President for International Affairs, U.S. Chamber of Commerce, November 5, 2009)

Obama membual ketika mengatakan hal tersebut dalam sense pebisnis tulen yang kompetitif. Ia tidak dapat menutupi kenyataan bahwa Imperialis AS sangat bergantung pada Indonesia dan negeri jajahan serta setengah jajahan lainnya di seluruh dunia. Ia tidak mendapat apa pun dengan berdagang di negerinya sendiri, klas buruh dan pekerja AS bahkan tidak sanggup lagi membeli barang produksi mereka sendiri. Kenapa hal tersebut terjadi?

Over-produksi Yang Mematikan dan Ekspor Kapital Ke Negeri SJSF Sebagai Jalan Keluar

Over-produksi terus berkembang mengancam sistem produksi kapitalis secara keseluruhan. Barang dagangan dan uang berlebih yang dirampas dari seluruh dunia dan dari penghisapan luar biasa terhadap klas buruh di negerinya menumpuk dan terancam membusuk. Persaingan barbar antar imperialis dalam produksi barang dengan menggunakan teknologi maju untuk menciptakan barang yang lebih murah dan banyak, berhadap-hadapan dengan pasar yang terus menyempit dan terbatas karena merosotnya daya beli rakyat secara umum hingga akhirnya jatuh dalam kemiskinan yang absolut.

Akibatnya sungguh luar biasa. Tindakan kriminal para pedagang uang di Amerika Serikat hanyalah ekspresi kecil dari kefrustrasian untuk membiakkan 14 triliun dollar AS yang terancam membusuk. Aktivitas membeli uang dengan uang dan berbagai produk turunannya seperti “subprime mortgage” hanyalah kegilaan kecil, makanan pembuka bagi serentetan kegilaan dan tindakan barbar lainnnya yang memaksakan perkembang-biakan kapitalnya di tengah stagnasi produksi karena pasar yang semakin terbatas di negeri imperialis karena kemiskinan klas buruhnya mendekati absolut.

Karena itu agenda terbesar dari kaum imperialis (utamannya imperialisme AS) saat ini, adalah mengekspor $14 trilyun dollar kapitalnya yang terancam membusuk, agar terus berputar dan menghasilkan kekayaan baru karena kapital tersebut tidak dapat lagi menghasilkan kekayaan baru di negerinya sendiri. Imperialis AS harus menggempur negeri-negeri lainnya secara ekonomi dan politik, sebab bila tidak, kekuasaan borjuasi monopoli dan sistem kapitalis secara keseluruhan berada di ujung tanduk akibat gempuran dari 57 juta kaum buruh yang bekerja memproduksi barang khusus untuk ekspor, 97 juta buruh lainnya yang bekerja di bidang jasa dan menghasilkan hamper sekitar 0,5 triliun dollar AS per tahun dan sekitar 9,5% tenaga yang tidak terserap dalam industri alias pengangguran.

“Fight back againt the new isolationism,”demikianlah semboyan baru imperialis AS agar kapitalnya leluasa masuk ke seluruh negeri tanpa halangan. Mereka berusaha masuk ke Indonesia seperti layaknya datang ke salah-satu negara bagian di Amerika. Dengan semboyan tersebut mereka mendesakkan perdagangan bebas kawasan (FTA) dan perjanjian ekonomi dan politik bilateral bila mengalami kebuntuan.

Negeri yang kaya sumber daya alam, melimpah tenaga kerja murah, sangat miskin karena hidup dari sistem produksi pertanian terbelakang, pra-industrial serta hidup dengan anggaran Negara yang defisit sehingga butuh utang luar negeri dan investasi besar adalah sasaran ekspor kapital AS dan satu-satunya penyelamat krisis imperialis saat ini. Karena itu imperialis AS membutuhkan China, India, Indonesia, Vietnam, Brazil, Filipina, Thailand,Malaysia, negeri-negeri Eropa Timur dan Eks-Rusia dalam kerangka besar ini.

Dengan sangat percaya diri Thomas J Donohue, Presiden dan CEO Kamar Dagang AS, di Singapura 11 November 2009 lalu mengatakan: “And no significant business or economy can ignore the extraordinary opportunities of commercial engagement with the largest, most open market in the world—the $14 trillion American economy.”

Amerika menjajahkan kapital yang terancam busuk ke seluruh dunia. Klas reaksioner di negeri terbelakang menganggap hal tersebut sebagai “kesempatan” dan merombak regulasi dalam negerinya untuk memenuhi syarat yang ditetntukan oleh AS. Klas-klas reaksioner di negeri tersebut dimanja dengan dolar berkedok utang dan investasi. Sementara negeri yang kukuh mempertahankan kadaulatan pasar dalam negerinya “diproses” dengan isu demokrasi, ancaman militer dan blokade perdagangan.

SBY: Pendukung Chauvinisme- Fasis Amerika Serikat, Menuduh Rakyat Sendiri Nasionalisme Sempit!

Pemerintah RI dengan sadar bekerja dalam, untuk dan demi skema AS di atas sejak tahun 1966 di bawah Kepemimpinan fasis Suharto. Demi kepentingan imperialis, kedaulatan nasional RI digadaikan. Sungguh ironis, pemerintah RI dan para pendukungnya senantiasa menyerang rakyat dengan tuduhan nasionalisme sempit, xenophobia dan berbagai ungkapan jahat lainnya. Gerakan revolusioner yang berjuang untuk kedaulatan nasional dan rakyat, dituduh berpandangan nasionalisme sempit. Lantas apa namanya bagi seseorang yang mendukung dan menyerah pada politik chauvinism fasis Amerika Serikat dan kekuatan imperialis lainnya?

Setelah terpilih kedua kalinya, Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono semakin membuktikan dirinya sebagai pengabdi imperialis tanpa celah no.2 setelah Suharto. Sejak tergulingnya Suharto, imperialisme AS bekerja keras untuk membangun rezim boneka baru “sekaliber” Suharto di Indonesia. Lahirnya pemerintahan SBY sebagai pemerintah boneka di Indonesia disambut suka cita oleh AS, Uni Eropa dan Jepang serta kaum imperialis secara keseluruhan. Karena itulah, pada saat SBY terpilih pertama kalinya menjadi Presiden RI tahun 2004, Kongres AS yang sebelumnya getol mempersoalkan pelanggaran HAM berat di Timor Leste langsung reda bahkan sokongan formal militer AS dalam bidang peralatan, pendidikan dan pelatihan serta pendanaan operasi kembali dijalankan secara terang-terangan. Amerika Serikat memberikan dukungan penuh pada SBY untuk menuntaskan masalah gerakan separatis di Aceh dan Papua. Sejak tergulingnya Suharto, seluruh lembaga multilateral pimpinan AS yang bergerak dalam bidang politik, ekonomi, kebudayaan dan kemiliteran aktif membantu langsung pemerintahan RI untuk membangun “demokrasi” ala Amerika. Isu otonomi daerah, good governance, HAM, lingkungan hidup hingga perempuan di dominasi sedemikian rupa, agar sesuai dengan skema sistem setengah jajahannya di Indonesia.

Selama periode pertamanya sebagai presiden (2004-2009), SBY membangun skema ekonomi, politik, kebudayaan dan kemiliteran demi mempertahankan sistem setengah jajahan dan setengah feodal serta dominasi imperialis AS di Indonesia. SBY menuangkan seluruh rencana strategis tersebut ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), garis takdir Indonesia hingga 25 tahun. Tugas untuk memanipulasi tuntutan rakyat Indonesia yang sungguh-sungguh mengimpikan kebebasan sejati setelah puluhan tahun hidup di bawah rezim fasis Suharto dengan permainan konstitusional dan parlemen, telah selesai! SBY tidak dapat lagi menyembunyikan taring drakula penghisap darah rakyat dari celah senyum kakunya yang khas.

Tugas SBY selama periode pertama pemerintahannya adalah membuat regulasi dan memastikan jaminan keamanan bagi seluruh operasi imperialis AS di Indonesia, mewujudkan skema yang sudah disepakati oleh Suharto dengan Bank Dunia dan IMF. Dan tugas tersebut telah dijalankannya dengan sangat baik selama lima tahun pertama bersama Jusuf Kalla, setelah gagal dijalankan dengan baik oleh pemerintahan boneka sebelumnya: BJ Habibie, Megawati Sukarno Putri dan Abdurrahman Wahid. SBY sukses menciptakan demokrasi artificial dan palsu yang menindas dengan merubah serta membentuk berbagai lembaga negara baru, melatih polisi dan tentara dengan kedok terorisme di bawah supervisi AS, dan mengoperasikan jaring pengaman sosial di pedesaan untuk meredam kemarahan rakyat melalui PNPM dan bantuan langsung tunai (BLT) serta berbagai kegiatan riba berkedok kredit mikro bagi kaum tani.

Pemerintahan SBY ke-2 dari 2009-2014, akan menjadi waktu sangat panjang dan keras serta mematikan bagi rakyat Indonesia. Ini adalah era dimana seluruh mesin-mesin politik, ekonomi, kebudayaan dan kemiliteran siap beroperasi untuk menerapkan rencana besar imperialis dan kepentingan pribadi klas-klas reaksioner yang berkuasa di Indonesia. Skema ini harus memberikan kontribusi maksimal untuk menyelamatkan dominasi sistem kapitalis monopoli di dunia.

Sistem ekonomi setengah feodal di Indonesia harus dapat memberikan kontribusi besar bagi ekonomi borjuasi monopoli AS, UE dan Jepang yang sekarat. Mereka sangat fokus membuat regulasi investasi yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan mengembangkan monopoli tanah untuk perkebunan dan tambang; peraturan ekspor dan impor untuk mendukung pabrik olahan semi-processing dan rakitan milik imperialis; masalah utang dan investasi, masalah hak paten untuk melindungi teknologinya, masalah perpajakan, bea-cukai dan subsidi. Imperialis praktis mengendalikan seluruhnya, produksi maupun perdagangan dengan mendominasi kebijakan fiskal dan moneter.

Di tengah badai krisis yang menderas, pertumbuhan ekonomi mencatat angka spektakuler. Hal tersebut tidak berarti apa pun bagi bangsa dan rakyat kecuali mengindikasi membiaknya capital imperialis AS di Indonesia. Semakin besar pertumbuhan ekonomi Indonesia, semakin besar keuntungan yang diperoleh oleh imperialis AS. Demikian pula dengan pertumbuhan PDB yang mencapai angka 4.954 triliun rupiah, dimana sumbangan produksi asli Indonesia tidak lebih dari 10%, yaitu produksi pangan oleh kaum tani dan produksi kecil yang diselenggarakan borjuasi nasional. Lainnya adalah milik imperialis dan borjuasi komprador serta tuan tanah. Karena itu, semakin bagus pertumbuhan ekonomi, semakin tinggi perkembangan PDB, semakin banyak keuntungan yang diperoleh imperialis. Siapa yang menciptakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, juga China, Vietnam dan lain-lain? Apakah pemerintahnya? Tidak sama sekali! Imperialis AS, Uni Eropa dan Jepang-lah yang menciptakan pertumbuhan ekonomi di tempat-tempat tersebut untuk dirampok.

Tugas SBY menegakkan sistem setengah jajahan dan setengah feodal yang menguntungkan kepentingan imperialis hampir tuntas. Memastikan regulasi investasi yang pro-imperialis terutama mengenai monopoli tanah, penghapusan subsidi atas berbagai kebutuhan pokok dan energi, penghapusan subsidi pertanian, penghapusan berbagai bea masuk dan memberikan subsidi atas impor dan ekspor, potongan pajak, dan yang terakhir adalah penyediaan infrastruktur bagi imperialis.

Bagi imperialis AS, pemerintahan anti rakyat, anti komunis dan pro imperialis adalah syarat mutlak bagi perkembangan kapitalnya. Indonesia adalah negeri besar yang memiliki kedudukan strategis secara geopolitik, populasi, dan secara historis telah membuktikan dirinya sebagai benteng perkasa antikomunis di Asia Tenggara dan Pasifik. Kemampuan pemerintah SBY menciptakan “demokrasi palsu” dengan mencangkokkan sistem “kekuasaan borjuasi,” di negeri setengah jajahan dan setengah feodal adalah salah-satu proyek manipulasi terbesar kebanggaan dan andalan AS di dunia dewasa ini. “Kesuksesan demokrasi” ala Amerika di negeri berpenduduk muslim terbesar sangat penting artinya. Ini adalah kisah sukses baru yang akan dijadikan model untuk menggantikan proyek “demokrasi” yang telah gagal dan bangkrut di Amerika Latin dan Asia lainnya.

Imperialis AS membutuhkan contoh penerapan demokrasi seperti ini, mengingat dominasi ekonominya dan perang agresi yang dilancarkan di berbagai negeri serta perang melawan terorisme yang penuh kedok, telah menciptakan kebencian di berbagai belahan dunia. Kapitalis monopoli AS senantiasa cemas dan takut dengan kebangkitan bangsa dan rakyat di dunia melawan imperialis tunggal AS seperti gelombang gerakan pembebasan nasional pasca Perang Dunia ke-2 yang melahirkan negeri-negeri sosialis baru dan Kubu Sosialis. Imperialis AS terus berusaha menemukan “ramuan” yang tepat untuk mengatasi krisis ekonomi dan kebencian bangsa serta rakyat tertindas dan terhisap di dunia agar tidak mengancam kapitalnya di seluruh dunia dan lebih-lebih mengarah pada sosialisme. Dan Pemerintah SBY dengan sangat luar biasa sanggup menjawab kecemasan tersebut, meskipun amat sementara sifatnya.

Revolusi Demokratis Nasional Adalah Jalan Keluar Satu- Satunya

Lima tahun mendatang adalah tahun yang sangat menentukan bagi gerakan revolusioner di Indonesia. Di bawah rezim SBY-Boediono, kecenderungan fasis akan terus meningkat terutama di pedesaan, dimana perampasan tanah akan berlangsung penuh kekerasan, juga di pabrik dan tambang milik imperialis. Wajah “demokratis” hanya dapat dipertahankan SBY ketika menyelesaikan kontradiksinya dengan kilik reaksioner lainnya. “soft power” yang sering diucapkannya tidak akan berlaku lagi apabila kekuatan rakyat menggempur kebijakan politik dan ekonominya secara sistematis.

Gerakan revolusioner dan seluruh rakyat Indonenesia harus memblejeti kebijakan jahat SBY yang sedang berjalan, serta 15 skema dan rencana jahat SBY-Boediono di masa yang akan datang, yang akan dipaksakannya berjalan selama 3 bulan pertama kekuasaannya. Skema dan rencana tersebut pada prinsipnya adalah skema dan rencana jahat imperialis AS untuk mengeruk keuntungan besar dari Indonesia.

Seluruh rakyat dan gerakan revolusioner-nya berkepentingan untuk menggagalkan seluruh kebijakan, skema dan rencana kerja anti-rakyat dan pro imperialis dengan memobilisasi jutaan rakyat di bawah garis anti imperialis, anti feodal dan anti kapitalis birokrat. SBY-Boediono adalah kelanjutan dari pemerintah sebelumnya yang strategis dan menganggap kelaparan dan pengangguran adalah kebijakan taktis. Mereka akan menyeru pada rakyat untuk mengorbankan penghidupan “masa pendeknya” demi mengabdi pada kepentingan strategis. Kepentingan strategis yang dimaksud tidak lain adalah mempertahankan negeri ini tetap di bawah dominasi imperialis AS dan sistem produksi pertanian yang terbelakang dan industri yang bergantung. Karena itu apabila rakyat mengorbankan keadaannya sekarang karena dengan tulus ingin mencapai kemajuan jangka panjang, maka sesungguhnya rakyat berkorban demi kepentingan imperialis dan tuan tanah di Indonesia.

Revolusi demokratis nasional dengan perang revolusionernya adalah jawaban sistematis dan satu-satunya untuk menghancurkan rezim boneka penegak sistem setengah jajahan dan setengah feodal di Indonesia. Perang rakyat di Indonesia tidak saja membebaskan klas terhisap dan tertindas di Indonesia akan tetapi memiliki implikasi yang luas. Perang ini ditunggu dan pasti didukung oleh seluruh proletar dan klas pekerja di negeri imperialis. Sebab perang ini telah menjadi syarat pembebasan bagi mereka. Tanpa perang ini, proletar di negeri-negeri imperialis semakin lama menunggu situasi revolusioner untuk dapat memebaskan dirinya dari deraan over-produksi yang mematikan.***

0 komentar:

Posting Komentar

Segala kritikan, cacian , makian dsb selalu diterim kirim juga pesan tau call : 0812 6034 7147 / 0819 3426 3185

Perfect Day

BTricks


ShoutMix chat widget

Pengunjung

PENGUNJUNG

free counters